Search Al Quran Here / Cari Al Quran di sini

http://www.quranexplorer.com/quran/

Search This Blog

AlQuran

AlQuran
Tafsir Per Kata

Wednesday, March 25, 2015

Hikmah Dan Kebaikan Yang Terdapat Dalam Doa Qunut

Hikmah Dan Kebaikan Yang Terdapat Dalam Doa Qunut

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيم

Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad SAW keluarga serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti baginda hingga ke hari kiamat.

Sahabat yang dirahmati Allah,
Ahli fuqaha berselisih pendapat dalam menetukan masaalah doa qunut ketika solat Subuh. Ada di antara mereka menganggap doa qunut sebagai sunah Rasulullah SAW, manakala yang lainnya tidak berpendapat sedemikian.

Rasulullah SAW sendiri membaca doa qunut ketika solat Subuh sebagaimana terdapat hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik r.a.

Dari Muhammad bin Sirin, bahawa ia berkata, “Aku berkata kepada Anas bin Malik r.a, “Apakah Rasulullah SAW. qunut pada solat subuh? ‘Ia menjawab, ‘Ya, sesaat setelah rukuk.” (Hadis Sahih Riwayat Muslim ( I:468no.298)

Di dalam hadis yang lain : Dikatakan oleh Umar bin Ali Al Bahiliy, dikatakan oleh Khalid bin Yazid, dikatakan Abu Ja’far Ar-Razy, dari Ar-Rab i’ bin Anas berkata : Anas r.a ditanya tentang qunut Nabi SAW bahawa apakah betul baginda SAW berqunut sebulan, maka berkata Anas ra : Baginda SAW selalu terus berqunut hingga wafat, lalu mereka mengatakan maka qunut Nabi SAW pada solat subuh selalu berkesinambungan hingga baginda SAW wafat, dan mereka yang meriwayatkan bahawa qunut Nabi SAW hanya sebulan kemudian berhenti maka yang dimaksud adalah qunut setiap solat untuk mendoakan kehancuran atas musuh-musuh, lalu (setelah sebulan) baginda SAW berhenti, namun qunut di solat subuh terus berjalan hingga baginda SAW wafat.

Berkata Imam Nawawi : Mengenai qunut subuh, Rasulullah SAW tidak meninggalkannya hingga baginda SAW wafat, demikian riwayat sahih dari Anas r.a. (Syarah Nawawi ala shahih Muslim)

Dan hadis tersebut juga disahihkan an-Nawawi dalam al-Majmu’-nya (III:504). Ia berkata, ‘Hadis tersebut sahih dan diriwayatkan oleh sejumlah penghapal hadis, dan mereka mensahihkannya. Diantaranya yang mensahihkannya adalah al-Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin ‘Ali al-Balkhi, al-Hakim Abu ‘Abdillah dalam beberapa judul kitabnya, dan al-Baihaqi. Hadis itu diriwayatkan juga oleh ad-Daruquthni dari berbagai jalan periwayatan dengan sanad yang sahih”

Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad daripada Anas bin Malik r.a katanya : "Sentiasalah Rasulullah SAW berqunut pada solat Subuh sehinggalah baginda wafat."

Diriwayatkan juga bahawa Saidina Umar membaca doa qunut pada solat Subuh di hadapan para sahabat dan selainnya.

“Sesungguhnya Rasulullah SAW. senantiasa berqunut pada (solat) subuh sampai ia meninggalkan dunia ini”. (Hadis Riwayat Al-Hakim dalam kitab Al-Arba’in. la menyebutkan sebagai hadis sahih).

Sahabat yang dimuliakan,
Doa qunut adalah doa yang di baca ketika kita melakukan solat subuh pada rekaat ke dua setelah rukuk. Berikut adalah bacaan doa qunut dan maknanya untuk kita memahami hikmah dan kebaikannya.

أَللَّهُمَّ اهْدِنِيْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ,
ALLHUMMAHDINI FIIMAN HADAIT
Ya Allah tunjukkanlah aku bersama orang yang Engkau beri petunjuk.

وَعَافِنِيْ فِيْمَنْ عَافَيْتَ,
WA’AAFINII FIIMAN ‘AAFAIT
selamatkanlah aku bersama mereka yang telah Engkau beri keselamatan.(kesihatan)

وَتَوَلَّنِيْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ,
WA TAWALLANII FIIMAN TAWALLAIT
pelihara-lah aku bersama mereka yang telah Engkau pelihara.

وَبَارِكْ لِيْ فِيْمَا أَعْطَيْتَ,
WA BAARIKLLII FIIMAA A’THOIT
berikanlah keberkahan pada sesuatu yang Engkau berikan padaku.

وَقِنِيْ شَرَّ مَا قَضَيْتَ,
WAQINII SYARROMAA QODLOIT
Dan jagalah aku dari kejahatan apa saja yang telah Engkau tetapkan.

فَإِنَّكَ تَقْضِيْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ,
FAINNAKA TAQDHI WALA YUQDLO ‘ALAIK
kerana sesungguhnya Engkaulah yang menghukumi dan tidak dihukumi.

وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ,
WAINNAHU LAA YADZILLU MAN WAALAIT
dan sesunguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau tolong.

تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
TABAAROKTA ROBBANAA WATA’ALAIT
maka Maha Agunglah Engkau dan Maha luhurlah Engkau.

وَصَلَّى اللهُ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
WA SHOLLALLOHU ‘ALAN NABI WA’ALA ALIHI WASOHBIHI WASSALAM
dan semoga Allah tetap mencurahkan keselamatan dan kesejahteraan pada Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam.

رواه أبو داود والنسائى
(Hadis Riwayat An-Nasa’i dan Abu Dawud)

Semoga bacaan doa qunut ini boleh membantu kita dalam menjalankan ibadah Solat subuh. Solat adalah perkara utama yang akan di lihat oleh Allah SWT jika solatnya di terima maka barulah amalan-amalannya yang lain akan diterima, tetapi jika solatnya di tolak maka semua amalannya yang lain akan ditolak. Solat yang sempurna adalah solat yang dapat mencegah pelakunya daripada melakukan perbuatan keji dan mungkar.

Firman Allah SWT maksudnya :"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, iaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah solat. Sesungguhnya solat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (solat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Surah al-Ankabut ayat 45)

Sahabat yang dikasihi,
Marilah sama-sama kita hayati dan memahami maksud yang terkandung di dalam doa qunut, doa yang kita baca semasa solat subuh selepas rukuk dalam rekaat kedua. Doa yang sungguh besar hikmah dan kebaikannya jika kita benar-benar menghayatinya. Wauallahualam.

Wednesday, March 11, 2015

Umur 2 Bulan Mengaku Pengikut Nabi Muhammad :Syarifuddin Khalifah; Keajaiban Abad 21


Miracle of Quran

Syarifuddin Khalifah; Keajaiban Abad 21

Kamis 27 Safar 1434 / 10 Januari 2013 10:27



Screen Shot 2013-01-10 at 10.25.12 AM“Mama usinibibaptize, naamini kwa Alla na jumbe wake Muhammad SAW!”
Kebanyakan kita mungkin tidak mengerti kalimat di atas. Itu bahasa Afrika. Artinya kurang lebih, “Ibu, tolong jangan baptis saya, saya adalah orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad SAW!”  Dan kita mungkin lebih tidak percaya jika yang mengatakannya adalah seorang bayi yang baru berumur sekitar 2 bulan, ketika hendak dibaptis oleh kedua orangtuanya yang beragama Kristen, Domisia Kimaro dan Francis Fundinkira.
Bayi itu adalah Syarifuddin Khalifah, seorang bocah ajaib yang mengguncang dunia. Lahir di salah satu distrik di negara Tanzania, anak dari keturunan non Muslim, Syarifuddin hafal Al-Qur’an pada usia 1,5 tahun dan sudah bisa menunaikan shalat 5 waktu. Ia menguasai berbagai bahasa semenjak umur lima tahun.
Melihat keajaiban demi keajaiban, Francis dan Domisa akhirnya mengucapkan dua kalimat syahadat. Mereka resmi masuk Islam dengan disaksikan oleh Ustaz Ismael. Penduduk yang sebelumnya mayoritas beragama Kristen pun mulai percaya kebenaran dari Allah swt dan mereka ramai-ramai masuk Islam. Tak heran, kini ribuan orang telah diislamkan oleh Syarifuddin.
Suatu ketika Syarifuddin –yang sudah digelari Syekh- datang ke Ethiopia. Ribuan orang hadir di stadion Ethiopia. Tak cuma kaum muslimin, justru yang hadir mayoritas umat Kristiani. Harap maklum, anak yang terlahir dari keluarga non-muslim memiliki magnet yang begitu kuat di kalangan Kristiani. Mereka yang tidak percaya maupun setengah percaya ingin melihat langsung sosok Syarifuddin.
Bahkan, mereka yang tidak percaya sempat mengatakan pada Syekh, “Are you Jesus?” Kemudian dengan tenang Syakh Syarifuddin menjawab, “No…I’m not Jesus, I’m created by God. The same God who created Jesus.” Di stadion Ethiopia itu pula, bocah ini membimbing umat Kristiani untuk mengucapkan dua kalimat syahadat: Asyhadu an-laa ilaaha illallaah. Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah. Subhanallah!
Hal lain yang mengherankan yaitu kemampuan Syafruddin berbicara dalam berbagai bahasa yaitu Arab, Inggris, Perancis, Italia dan Swahili. serta berceramah dan mengucapkan terjemahan Al Quran ke berbagai bahasa tersebut.Hal pertama yang sering dia ucapkan adalah “Anda bertobat dan anda akan diterima oleh Allah SWT.”
Bisa kita bayangkan bagaiman anak kecil yang terlahir dari keluarga Katolik begitu fasih mengucapkan ayat-ayat suci Al Qur’an pada saat umur 1,5 tahun dan pada umur 5 tahun hafal semua isi Al Qur’an dan mampu memberikan ceramah kepada orang-orang?
Berkat dakhwahnya itu orang-orang di Kenya berduyun-duyun masuk islam kurang lebih sebanyak 1.000 orang, Subhanallah.Sungguh benar Maha suci Allah dengan segala kebesarannya. [islampos/berbagai sumber]

Monday, March 9, 2015

Kisah cinta antara Saidina Ali Ibn Abi Talib dengan Fatimah Az-Zahra

Kisah cinta antara Saidina Ali Ibn Abi Talib dengan Fatimah Az-Zahra


Ada rahsia terpendam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah Az-Zahra. Kawan karib sejak kecilnya, puteri tersayang dari Nabi S.A.W. yang adalah sepupunya itu, sungguh mempesonakannya.

Kesantunannya, ibadahnya, kecekalan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar kain perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya. Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Al-Amin tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya!

Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam.

Fathimah mengherdik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menjawab. Mengagumkan!

‘Ali tak tahu apakah rasa itu boleh disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar khabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Nabi S.A.W.. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakar Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu kata batin ’Ali. Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakar. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakar lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali,

namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakar menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya..Lihatlah juga bagaimana Abu Bakar berda’wah.

Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakar; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab bin Umair.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.

Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakar; Bilal, Khabbab bin Arat, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud..Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali?

Dari sisi kewangan, Abu Bakar seorang saudagar, insyaallah lebih dari mampu membahagiakan Fathimah. ’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.
”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.
”Aku mengutamakan Abu Bakar atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”
Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harapan di hatinya yang sempat layu.

Lamaran Abu Bakar ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakar mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut. ’Umar ibn Al Khaththab.

Ya, Al Faruq,

sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakar. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin?

Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata,

”Aku datang bersama Abu Bakar dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakar dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakar dan ’Umar..” Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu cuba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang kecewa karena tak menemukan beliau S.A.W.. Maka ia hanya berani berjalan di waktu kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi. ’Umar pula telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah.

”Wahai Quraisy”, katanya.
”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah.
Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim,
atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!”
’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sedar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak.
Dan ’Ali redha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.
Maka ’Ali bingung ketika khabar itu tersiar. Lamaran ’Umar juga ditolak. Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman ibn Affan kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’  kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.

Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justeru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?
”Mengapa bukan engkau yang mencuba kawan?”,
kalimat teman-teman kaum Ansharnya itu membangunkan lamunan. "Mengapa engkau tak mencuba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..”

”Aku?”, tanyanya tak yakin.
”Ya. Engkau wahai saudaraku!”
”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang boleh ku tawarkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”
’Ali pun menghadap Nabi S.A.W..

Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah.Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat tidak matang. Usianya telah dua puluhan sekarang.

”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya. Pemuda yang siap memikul risiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.

Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!”

Kata itu meluncur tenang bersama senyum  Nabi S.A.W.. Dan ia pun bingung. Apa maksudnya?
Ucapan selamat datang itu sulit untuk dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu risiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan.

Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”
”Entahlah..”
”Apa maksudmu?”
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
”Dasar kamu tidak mengerti, kata mereka,

”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!” Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah kediaman yang ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayarnya. Itu hutang. Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakar, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti. ’Ali adalah lelaki gentleman sejati.

Tidak hairan kalau pemuda Arab memiliki pepatah, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”

Inilah jalan cinta para pejuang.

Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian. Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali,

“Maafkan aku, kerana sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda”

‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mahu menikah denganku?
dan Siapakah pemuda itu”

Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, kerana pemuda itu adalah Dirimu”

Kemudian Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut.”
Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:
“Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak.” (kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab 4).


 Copy paste dari :
http://kai-epy-serizawa.blogspot.com/2012/04/kisah-cinta-antara-saidina-ali-ibn-abi.html

Kata-Kata Mutiara Sayyidina Ali bin Abi Thalib

 Kata-Kata Mutiara Sayyidina Ali bin Abi Thalib
Kata-Kata Mutiara Sayyidina Ali bin Abi Thalib
Diam adalah jawaban terbaik untuk orang bodoh
Kerendahan hati adalah hasil dari pengetahuan
Forgivness adalah mahkota kebesaran
Untuk membantuk salah untuk menindas kanan
Persahabatan tidak mungkin dengan seorang pembohong
Permusuhan adalah pendudukan bodoh
Kebanggaan blok kemajuan dan kebesaran kerusakan
Menawarkan masalah dari pikiran kecil
Tidak ada yang lebih dihormati daripada orang shaleh
Lidah anda berbicara tahu apa itu terbiasa
Perilaku seseorang adalah indeks ke pikiran seseorang.
Jika engkau ingin mengetahui watak seseorang, maka ajaklah dia bertukar pikiran denganmu. Sebab dengan bertukar pikiran itu, engkau akan mengetahui kadar keadilan dan ketidakadilannya, kebaikan dan keburukannya.  (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan -
"Love never asking to look forward to. He took the opportunity or allowed." (History Of Ali Ibn Abi Talib).

Ilmu lebih istimewa daripada Harta, sebab Ilmu selalu menjagamu, sedangkan engkau harus menjaga harta milikmu.
"More special than the treasures of science, because Science is always take care of you, while you have to keep the treasures of yours." (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)


Duduklah bersama orang-orang bijak, baik mereka itu musuh atau kawan. Sebab, akal bertemu dengan akal. (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)


Jika perkataan keluar dari hati, maka ia akan berpengaruh terhadap hati, dan jika ia keluar dari lidah, maka ia tidak akan mencapai telinga. (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)


Sebaik-baik teman, jika engkau tidak membutuhkannya, dia akan bertambah dalam kecintaannya kepadamu, dan jika engkau membutuhkannya, dia tidak akan berkurang sedikitpun kecintaannya kepadamu. (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)

Tiga hal yang menyelamatkan, yaitu; takut kepada Allah, baik secara diam-diam maupun terang-terangan; hidup sederhana, baik di waktu miskin maupun kaya; dan berlaku adil, baik diwaktu marah maupun ridha. (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)

Sesungguhnya hati memiliki keinginan, kepedulian, dan keengganan. Maka, datangilah ia dari arah kesenangan dan kepeduliaannya. Sebab, jika hati itu dipaksakan, ia akan buta. (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)

Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi musuhmu. Dan bencilah musuhmu sekedarnya saja, siapa tahu nanti akan jadi kekasihmu.(Sayyidina Ali bin Abi Thalib)

Orang yang terlalu memikirkan akibat dari sesuatu keputusan atau tindakan, sampai bila-bilapun dia tidak akan menjadi orang yang berani. (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)


Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak. (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)


Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak mau mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah dicari.(Sayyidina Ali bin Abi Thalib)


Nilai seseorang sesuai dengan kadar tekadnya, ketulusannya sesuai dengan kadar kemanusiaannya, keberaniannya sesuai dengan kadar penolakannya terhadap perbuatan jahat dan kesucian hati nuraninya sesuai dengan kadar kepekaannya terhadap kehormatan dirinya. (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)

Perjuangan hidup, dalam kebanyakan hal, dilalui dengan penuh liku, bagaikan mendaki bukit yang terjal, menang tanpa perjuangan panjang bagaikan menang tanpa kebanggaan. Jika tidak ada kesukaran, tidak ada kesuksesan. Jika tidak ada sesuatu yang diperjuangkan, tidak akan ada yang dicapai. Kesukaran mungkin menakutkan bagi orang yang lemah. Namun memberikan perangsang menyegarkan bagi orang yang tegas dan berani. Segala pengalaman hidup memang berperan membuktikan bahwa rintangan yang menghalangi kemajuan manusia mungkin, pada umumnya, dapat diatasi dengan perilaku yang baik, semangat yang jujur, aktivitas, ketabahan, dan kebulatan tekad mengatasi kesulitan. (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)


Orang yang tidak menguasai matanya, hatinya tidak ada harganya. (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)


Berbicaralah, niscaya kalian akan dikenal karena sesungguhnya seseorang tersembunyi dibawah lidahnya. (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)

Kebajikan adalah apa yang dirimu merasa tenang padanya dan hatimu merasa tentram karenanya. Sedangkan dosa adalah yang jiwamu merasa resah karenanya dan hatimu menjadi bimbang. (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)

Janganlah engkau merendahkan seseorang karena kejelekan rupanya dan pakaiannya yang usang, karena sesungguhnya Allah ta’ala hanya memandang apa yang ada dalam hati dan membalas segala perbuatan. (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)

Tanyailah hati tentang segala perkara karena sesungguhnya ia adalah saksi yang tidak akan menerima suap. (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)

Sesungguhnya hati memiliki keinginan, kepedulian, dan keengganan. Maka, datangilah ia dari arah kesenangan dan kepeduliaannya. Sebab, jika hati itu dipaksakan, ia akan buta. (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)
 
Di petik Dari Latifah.blogspot.com

Wednesday, March 4, 2015

Doa Belajar oleh Imam al-Haddad

Doa Belajar oleh Imam al-Haddad

Niat adalah inti utama ibadat. Tanpa niat yang betul dan ikhlas, amalan yang baik sekalipun tidak akan diterima oleh Allah. Oleh itu, apabila kita mencari ilmu, tidak kira ilmu berkaitan Islam atau pun bukan, maka adalah penting bagi kita untuk sentiasa memeriksa niat kita itu. Sesuatu ilmu itu menjadi ilmu sekular apabila ia membawa kita jauh dari mengingati Allah, sama ada Geografi, Fizik, Matematik, bahkan ilmu fiqh, hadith, al-Quran, dan sebagainya.

Oleh itu, Imam Abdullah bin Alawi al-Haddad (iaitu Imam al-Haddad; 1044-1132H) sangat menggalakkan anak-anak muridnya untuk membaca satu doa yang dibaca sebelum memulakan sesi pembelajaran.

Ini pula terjemahan kepada doa ini:
Aku niatkan untuk belajar dan mengajar,
Mengambil dan memberi manfa'at,
Mengambil dan memberi peringatan,
mengambil faedah dan memberi faedah,
Berpegang teguh pada Kitab Allah
Dan sunnah Rasulullah sallahu alayhi wassalam,
Menyeru kepada petunjuk,
Menunjuk ke arah kebaikan,
Menuntut dan mencari keredhaan Allah,
Mendekatkan diri dan mendapatkan balasan dari-Nya.
Amin.
Oleh itu, pastikan kita selalu memeriksa niat kerana niat itu terletak di hati, dan hati pula adalah satu tempat yang sangat senang untuk berubah-ubah dan berbolak-balik sifatnya. Niat yang ikhlas akan membawa hasil yang berkat.

Ibnu Muslim: Imam Abdullah bin Alawi al-Haddad juga merupakan pengarang Kitab An-Nasoih Ad-Diniyyah Wal Washoya Al-Imaniyyah (Nasihat Agama Dan Wasiat Iman)...
Kuliah huraian/ulasan kitab ini di sampaikan oleh Ibnu Muslim di Surau al-Ikhlas Bandar Sungai Buaya Rawang pada setiap hari Sabtu selepas Maghrib. JOM BELAJAR & BERAMAL.
-----------------------------------------------------
Sekilas Biografi Al-Imam Abdullah Al-Haddad (Shohibur Ratib)

Imam Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin 'Alawy Al-Haddad, lahir pada hari Rabu, Malam Khamis tanggal 5 Safar 1044 H di Desa Sabir di Kota Tarim, Wilayah Hadhromaut, Negeri Yaman.

Nasab/Keturunan
Beliau adalah seorang Imam Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin Alawy Al-Haddad bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwy bin Ahmad bin Abu Bakar Al–Thowil bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad Al-Faqih bin Abdurrohman bin Alwy bin Muhammad Shôhib Mirbath bin Ali Khôli’ Qosam bin Alwi bin Muhammad Shôhib Shouma’ah bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Muhâjir Ilallôh Ahmad bin Isa bin Muhammad An-Naqîb bin Ali Al-Uraidhi bin Imam Jakfar Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam As-Sibth Al-Husein bin Al-Imam Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib suami Az-Zahro Fathimah Al-Batul binti Rasulullah Muhammad SAW.

WALLAHUA'LAM

Tuesday, March 3, 2015

MOTIVASI BUAT BISNESS ....

COPY DARI MOHD FIRDAUS.... MOTIVASI BUAT BISNESS

Assalamualaikum,
Saya doakan anda yang menziarahi blog ini akan sentiasa dilimpahkan rahmat dan kasih sayang daripada Allah. Saya doakan, anda kurus dan sihat.
Hari ni saya terbaca di FB kisah adik ini Nursamawati Mahmud.
Beliau OKU. 
Ada dua benda yang saya sangat respect dengan dia ni.
1. Menjaga Aurat Walaupun OKU

Cuba anda perhatkan. Masih menutup aurat dengan baik. Walaupun OKU, tetapi berakal. Beliau faham apa yang haram apa yang halal.
Kita yang Allah beri kesempurnaan adakalanya terlupa dan lalai.

Guna lida utk buka komputer. 


Guna lidah untuk taip di phone.


Menunjukkan tanda best.
2. Beliau Buat Bisnes Online

Ada orang kata tak leh nak buat bisnes online. Tapi, dalam keterbatasan keupayaan. Adik ini mampu membuktikan kalau kita berusaha Allah akan bagi kepada kita.
Cuma, adakalanya kita yang sempurna ini terlalu banyak memberi alasan untuk tidak buat bisnes.
Allah tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum melainkan kaum itu mengubah nasib mereka sendiri.
Wassalam.

Mohd Firdaus
"Jom Buat Bisnes Dari Rumah"

Saturday, January 24, 2015

DALIL TENTANG MAULID NABI MUHAMMAD SAW 10 BUKTI DARI ALQURAN DAN SUNNAH, BAHWA MEMPERINGATI KELAHIRAN NABI SAW DAPATLAH DITERIMA!

DALIL TENTANG MAULID NABI MUHAMMAD SAW Published : 17.20 Author : Rumah Herbal As-Sahla 10 BUKTI DARI ALQURAN DAN SUNNAH, BAHWA MEMPERINGATI KELAHIRAN NABI SAW DAPATLAH DITERIMA

1. Perintah Meningkatkan Rasa Cinta dan Hormat kepada Nabi saw. Dalil Pertama, Allah swt meminta Nabi saw. agar mengingatkan umatnya bahwa sangatlah penting bagi siapa saja yang menyatakan mencintai Allah swt untuk mencintai Nabi-Nya juga, “Katakanlah kepada mereka, ‘Jika kalian mencintai Allah swt, ikuti (dan cintai dan hormatilah) aku, niscaya Allah swt akan mencintai kalian’” (3:31). Memperingati hari kelahiran Nabi saw. didorong oleh perintah untuk mencintai, menaati, mengingat, dan mengikuti contoh Nabi saw., serta merasa bangga dengannya sebagaimana Allah swt menunjukkan kebanggaan-Nya dengannya. Dalam Kitab Suci-Nya, Allah swt begitu membanggakannya dengan berfirman, “Sungguh engkau memiliki budi pekerti yang begitu agung” (68: 4). Cinta kepada Nabi saw. dapat menjadi pembeda keimanan di antara kaum beriman. Dalam sebuah hadis sahih riwayat al-Bukhârî dan Muslim, Nabi saw. pernah bersabda, “Tak seorang pun di antara kamu beriman, sampai ia mencintaiku lebih dari ia mencintai anak-anaknya, orang tuanya, dan semua orang.” Dalam hadis al-Bukhârî lainnya, beliau bersabda, “Tak seorang pun di antara kamu beriman sampai ia mencintaiku lebih dari ia mencintai dirinya sendiri.” ‘Umar ibn al-Khaththâb ra berkata, “Wahai Nabi saw, Aku sungguh mencintaimu melebihi diriku sendiri.” Kesempurnaan iman tergantung pada cinta kepada Nabi saw., karena Allah swt dan para malaikat-Nya terus-menerus menyatakan penghormatannya, sebagaimana begitu jelas disebutkan dalam ayat berikut, “Allah swt dan para malaikat-Nya berselawat kepada Nabi saw” (33:56). Perintah Tuhan, “Wahai orang-orang beriman, berselawatlah kepadanya,” segera menyusulnya, menambah jelas bahwa kualitas seorang mukmin sangat tergantung pada dan dijelmakan dengan pembacaan selawat kepada Nabi saw. 2. Nabi saw. Menekankan Hari Senin sebagai Hari Beliau Dilahirkan Dalil Kedua, Abû Qatâdah al-Anshârî meriwayatkan bahwa Nabi saw. pernah ditanya mengenai puasa di hari Senin. Beliau kemudian menjawab, “Hari itu adalah hari saya dilahirkan dan hari saya menerima wahyu.”1 Syekh Mutawallî al-Sya‘râwî menulis, “Banyak peristiwa luar biasa terjadi pada hari kelahirannya sebagaimana disebutkan dalam hadis dan sejarah. Malam waktu Nabi saw dilahirkan tidaklah seperti malam-malam kelahiran manusia lainnya.”

2 Sedangkan menurut Ibn al-Hajj, “Adalah suatu keharusan bagi kita pada setiap hari Senin bulan Rabiul Awal untuk meningkatkan ibadah kita sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah swt atas karunia-Nya yang begitu besar yang telah diberikan kepada kita–yaitu diutusnya Nabi saw. untuk membimbing kita kepada Islam dan kedamaian … Nabi saw., ketika menjawab seseorang yang bertanya kepada beliau mengenai puasa di hari Senin, menyatakan, “Aku dilahirkan pada hari itu.” Oleh karena itu, hari tersebut memberikan kehormatan bagi bulan itu, karena itu adalah harinya Nabi saw. … dan beliau pun mengatakan, “Aku junjungan (sayyid) bagi semua anak-cucu Adam as, dan aku mengatakannya tanpa kesombongan” … dan beliau pun mengatakan, “Adam as dan siapa saja keturunannya akan berada di bawah benderaku pada Hari Peradilan kelak.” Hadis-hadis ini diriwayatkan oleh al-Syaykhâni (al-Bukhârî dan Muslim). Muslim dalam Shahîh-nya menyatakan bahwa Nabi saw. bersabda, “Pada hari itu, yaitu Senin, saya dilahirkan, dan pada hari itu pula risalah pertama disampaikan kepadaku.”

3 Nabi saw. menaruh perhatian khusus pada hari kelahirannya dan bersyukur kepada Allah swt, karena memberinya kehidupan, dengan berpuasa pada hari itu, sebagaimana disebutkan dalam hadis Abû Qatâdah. Nabi saw. menyatakan kebahagiaannya akan hari tersebut dengan berpuasa, yang merupakan sebentuk ibadah. Sebagaimana Nabi saw. telah memberi perhatian khusus pada hari tersebut dengan berpuasa, maka ibadah dalam bentuk apa saja untuk memberi perhatian khusus atas hari tersebut dapat pula dibenarkan. Meskipun bentuk ibadahnya berbeda, tetapi esensinya tetap sama. Oleh karena itu, berpuasa, memberi makan fakir miskin, berkumpul untuk melantunkan pujian kepada Nabi saw., atau berkumpul untuk mengingat perilaku dan budi pekerti baiknya, semuanya dapat dipandang sebagai cara menaruh perhatian khusus pada hari tersebut.4 3. Allah swt Berfirman, “Bergembiralah dengan Nabi saw” Dalil Ketiga, Menyatakan kebahagiaan dengan kedatangan Nabi saw. adalah perintah Allah swt dalam Alquran, sebagaimana firman-Nya, “Dengan karunia Allah swt dan rahmat-Nya, maka hendaklah mereka bergembira” (10:58). Perintah ini ada karena rasa senang dapat membuat hati merasa bersyukur atas rahmat Allah swt. Rahmat Allah swt mana yang lebih besar ketimbang diri Nabi saw. sendiri. Allah swt menyatakan, “Tiadalah Aku utus engkau kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam” (21:107). Karena Nabi saw. diutus sebagai rahmat untuk seluruh umat manusia, maka merupakan suatu keharusan, tidak saja atas muslimin tetapi juga semua umat manusia untuk merayakan kehadirannya. Sayangnya, masih ada sebagian muslim yang tampil menolak perintah Allah swt untuk bersuka ria atas kelahiran Nabi-Nya.

4. Nabi saw. Memperingati Peristiwa-Peristiwa Besar dalam Sejarah Dalil Keempat, Nabi saw. selalu membuat hubungan di antara peristiwa-peristiwa agama dan sejarah, sehingga bila tiba suatu hari ketika terjadi suatu peristiwa penting, beliau mengingatkan para sahabat untuk merayakan hari itu dan menegaskan keistimewaannya, meskipun peristiwa tersebut terjadi pada masa yang sangat lampau. Dasarnya dapat ditemukan dalam hadis berikut. Tatkala Nabi saw. sampai di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada Hari Asyura. Beliau bertanya mengenai hari tersebut, dan beliau diberi tahu bahwa pada hari itu Allah swt menyelamatkan Nabi mereka, yakni Musa as, dan menenggelamkan musuhnya. Karena itulah mereka berpuasa pada hari tersebut untuk bersyukur kepada Allah swt atas karunia ini.5 Pada saat itu juga Nabi saw. menanggapinya dengan hadis yang terkenal, “Kita lebih berhak atas Musa as daripada kalian,” dan beliau pun melakukan puasa pada hari itu dan hari sebelumnya.

 5. Allah swt Berfirman, “Berselawatlah kepada Nabi saw” Dalil Kelima, peringatan atas kelahiran Nabi saw. mendorong kita untuk berselawat kepada Nabi saw. dan menyampaikan pujian atasnya, yang menjadi suatu keharusan berdasarkan ayat, “Sesungguhnya Allah swt dan para malaikat-Nya berselawat kepada Nabi saw. Wahai orang-orang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi saw dan ucapkanlah salam kepadanya dengan sepenuh hati” (33:56). Karena datang bersama-sama dan mengenang jasa-jasa Nabi saw. dapat membawa kita untuk berselawat dan memujinya, maka ini selaras dengan perintah Allah swt. Siapakah yang punya hak untuk mengingkari keharusan yang telah diperintahkan Allah swt kepada kita melalui Alquran? Manfaat yang dibawa oleh ketaatan pada perintah Allah swt dan cahaya yang dibawanya ke dalam hati tidaklah dapat diukur. Lebih jauh lagi, keharusan tersebut dinyatakan dalam bentuk jamak, yaitu Allah swt dan para malaikat-Nya berselawat dan mengucap salam kepada Nabi saw.—secara bersama-sama. Karena itu, sama sekali tidaklah benar mengatakan bahwa membaca selawat dan salam kepada Nabi saw. tak boleh dilakukan secara berkelompok, tetapi harus sendiri-sendiri.

6. Pengaruh Menyaksikan Peringatan Kelahiran Nabi terhadap Kaum Kafir Dalil Keenam, mengungkapkan kegembiraan dan memperingati hari kelahiran Nabi saw., dengan karunia dan rahmat Allah swt, dapat mendatangkan keberuntungkan bagi orang kafir sekalipun.6 Imam al-Bukhârî menyatakan dalam hadisnya bahwa setiap hari Senin, Abû Lahab dibebaskan dari siksaannya di alam kubur, karena ia telah memerdekakan budak perempuannya, yaitu Tsuwaybah, pengasuh Nabi saw. Beberapa ulama, di antaranya Ibn Katsîr dan Ibn Nâshir al-Dîn al-Dimasyqî, mengatakan bahwa ini karena Abû Lahab sangat bergembira tatkala Tsuwaybah membawa kabar kepadanya tentang kelahiran keponakannya itu. Meskipun demikian, agaknya pemerdekaan ini terjadi pada saat Nabi saw sudah dewasa, yaitu pada saat hijrah ke Madinah.7 Tentang hal ini, Hafiz Syams al-Dîn Muhammad ibn Nâshir al-Dîn al-Dimasyqî menulis bait syair berikut, “Bila ini, seorang kafir yang dikutuk untuk kekal di neraka dengan ucapan ‘celakalah kedua tangannya’ (Q. 111), dikatakan menikmati masa tenang pada setiap hari Senin, karena ia bergembira dengan (kelahiran) Ahmad saw, lantas bagaimana menurutmu seorang hamba yang, sepanjang hidupnya, bergembira dengan Ahmad saw, dan meninggal seraya mengucap, ‘Ahad (Esa)’”8

7. Keharusan Mengetahui Sirah Nabi saw. dan Meniru Perilakunya Dalil Ketujuh, kita dituntut untuk mengetahui Nabi saw., baik kehidupannya, mukjizatnya, kelahirannya, perilakunya, keimanannya, tanda-tanda (kenabian)-nya, khalwatnya, ataupun ibadahnya. Tidakkah mengetahui hal-hal seperti ini merupakan keharusan bagi setiap muslim? Apa lagi yang lebih baik dari merayakan dan memperingati kelahirannya, yang mewakili babak penting hidupnya, untuk dapat memahami kehidupannya? Memperingati kelahirannya akan mengingatkan kita tentang segala hal lain yang berhubungan dengan kehidupannya, sehingga memungkinkan kita untuk mengenal perjalanan hidup (sirah) Nabi saw. dengan lebih baik. Kita akan lebih siap untuk menjadikan Nabi saw. sebagai panutan, memperbaiki diri kita, dan meniru kepribadian beliau. Itulah mengapa perayaan hari kelahirannya merupakan suatu karunia besar bagi seluruh umat muslim.

8. Nabi saw. Setuju dengan Syair Pujian Terhadapnya Dalil Kedelapan, sudah diketahui benar bahwa pada masa Nabi saw., para penyair berdatangan ke hadapannya dengan berbagai jenis karyanya yang berisi pujian terhadapnya. Mereka menulis dalam syair-syair tersebut tentang perang dan panggilan jihadnya, juga tentang para sahabatnya. Ini dapat ditemukan dalam berbagai syair yang dikutip dalam sirah Nabi saw. yang disusun oleh Ibn Hisyâm, al-Wâqidî, dan yang lain. Nabi saw. sangat senang dengan syair yang bagus, sebagaimana diriwayatkan al-Bukhârî dan yang lain bahwa beliau bersabda, “Dalam syair itu ada hikmah (kata-kata bijak).”9 Paman Nabi saw., al-‘Abbâs, menggubah sebuah syair yang menyanjung kelahiran Nabi saw, yang memuat bait-bait berikut: Tatkala engkau dilahirkan, bumi bersinar terang, Dan cakrawala benderang penuh cahayamu, Sehingga kami dapat tembus memandang, Segala syukur kupanjatkan atas sinar terang, Cahaya dan jalan yang menunjuki itu.10 Ibn Katsîr menyebutkan fakta bahwa, menurut para sahabat, Nabi saw. memuji namanya sendiri dan membacakan syair tentang dirinya di tengah-tengah Perang Hunain untuk membangkitkan semangat para sahabatnya dan membuat takut musuh-musuhnya. Pada hari itu beliau mengatakan: “Akulah Nabi saw! Ini bukan kebohongan. Aku anak ‘Abd al-Muthâlib.” Nabi saw. merasa senang dengan orang-orang yang menyampaikan pujian kepadanya, karena itu merupakan perintah Allah swt dan beliau pun suka memberi mereka sesuatu yang Allah swt anugerahkan kepadanya. Allah swt sudah pasti sangat menyenangi orang-orang yang berkumpul dan berusaha mengenali dan mencintai Rasulullah saw. Menyanyi dan Membacakan Syair Ada keterangan kuat bahwa Nabi saw. menyuruh ‘Â’isyah membiarkan dua gadis menyanyi pada hari raya. Beliau berkata kepada Abû Bakr, “Biarkanlah mereka menyanyi, karena setiap bangsa memiliki hari rayanya, dan hari ini adalah hari raya kita.” Ibn al-Qayyim berkomentar bahwa Nabi saw. juga mengizinkan menyanyi pada perayaan perkimpoian, dan membolehkan syair dibacakan kepadanya.11 Beliau mendengarkan Anas dan para sahabatnya yang memuji-mujinya dan membacakan syair-syair sambil menggali tanah sebelum terjadinya Perang Khandak (Parit) yang terkenal itu; beliau mendengarkan mereka yang mengatakan: “Kitalah orang-orang yang memberikan baiat (sumpah setia) kepada Muhammad saw untuk berjihad sepanjang hayat.” Ibn al-Qayyim juga menyebutkan bahwa ‘Abd Allâh ibn Rawâhah membacakan sebuah syair panjang yang memuji-muji Nabi saw. tatkala beliau memasuki Mekah, yang setelah itu Nabi saw. berdoa untuknya. Nabi saw. berdoa agar Allah swt memberi kekuatan kepada al-Hasan ibn Tsâbit dengan ruh suci sehingga ia dapat mendukung Nabi saw. dengan syair-syairnya. Demikian pula, Nabi saw. pernah menghadiahi Ka‘b ibn Zuhayr sebuah jubah karena syair pujiannya. Nabi saw. pernah meminta al-Syarîd ibn Suwayd al-Tsaqafî untuk membacakan sebuah syair pujian sepanjang seratus bait yang digubah oleh Umayyah ibn Abî al-Salt.12 Ibn al-Qayyim melanjutkan, “‘Â’isyah selalu membacakan syair-syair yang memujinya dan beliau pun merasa senang dengannya itu.” Umayyah ibn Abî al-Salt adalah seorang penyair jahiliah yang meninggal sebelum Islam datang. Ia seorang saleh yang tidak lagi minum khamar ataupun menyembah berhala.13 Bagian dari syair pujian yang mengiringi penguburan Nabi saw. yang dibacakan oleh al-Hasan ibn Tsâbit, menyatakan: Aku katakan, dan tak seorang pun dapat menemukan cela dari ucapanku Kecuali orang yang telah kehilangan segala akal sehatnya: Aku tidak akan pernah berhenti menyanjung dan memujinya Karena dengan berbuat begitu, mungkin aku akan kekal di dalam surga Bersama Sang Pilihan, yang dorongannya untuk itu aku harapkan. Dan untuk mencapai hari itu, segala ikhtiarku kupertaruhkan.14 Membaca Alquran dan Melagukannya Ibn al-Qayyim mengatakan dalam Madârij al-Sâlikîn, Allah swt telah membolehkan Nabi-Nya saw. membaca Alquran dengan cara dilagukan. Abû Mûsâ al-Asy‘arî ra suatu kali membaca Alquran dengan suara merdu, sementara Nabi saw mendengarkannya. Setelah ia selesai, Nabi saw. mengucapkan selamat kepadanya atas bacaannya dengan suara merdu dan berkata: “Engkau memiliki suara yang indah.” Beliau pun menyatakan tentang Abû Mûsâ al-Asy‘arî bahwa Allah swt telah memberinya satu dari mizmar (seruling) Dâwud. Kemudian Abû Mûsâ ra berkata: “Ya Rasulullah saw, kalau saja aku tahu bahwa engkau mendengarkanku, aku pasti akan membacakannya dengan suara yang jauh lebih merdu dan lebih indah yang belum pernah engkau dengar sebelumnya.” Ibn al-Qayyim juga meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, “Hiasilah Alquran dengan suara-suaramu,” dan “Barang siapa tidak melagukan Alquran bukanlah dari golongan kita.” Ibn al-Qayyim kemudian mengomentari: Mendapatkan kesenangan dengan suara indah adalah diperbolehkan, sebagaimana mendapat kesenangan dengan pemandangan yang indah, seperti gunung atau alam, atau dari wewangian, atau makanan lezat, selama sesuai dengan syariah. Apabila mendengarkan suara yang indah diharamkan, maka mencari kesenangan dengan semua hal-hal lainnya pun diharamkan juga. Nabi saw. Membolehkan Bermain Gendang Bila dengan Niat Baik Ibn ‘Abbâd, seorang ahli hadis, memberikan fatwa berikut dalam Rasâ’il-nya. Ia memulai dengan sebuah hadis, Seorang gadis datang kepada Nabi saw. ketika beliau baru pulang dari salah satu peperangan. Gadis itu berkata: “Ya Rasulullah saw, saya telah bersumpah kepada Allah swt bahwa bila Allah swt mengirim engkau kembali dalam keadaan selamat, saya akan memainkan gendang ini di dekatmu.” Nabi saw. kemudian berkata: “Tunaikanlah sumpahmu itu.”15 Ibn ‘Abbâd kemudian melanjutkan: Tidak syak lagi bahwa menabuh gendang merupakan sejenis hiburan, meskipun demikian Nabi saw. menyuruh gadis tersebut untuk menunaikan sumpahnya. Beliau melakukannya karena niatnya adalah untuk menyambut beliau karena telah pulang dengan selamat, dan niatnya itu suatu niat baik, bukan niat melakukan dosa atau membuang waktu. Karena itu, bila ada orang yang merayakan saat-saat kelahiran Nabi saw. dengan cara yang baik dan dengan niat yang baik seperti dengan membaca sirah Nabi dan menyampaikan puji-pujian kepadanya, maka itu diperbolehkan.


9. Nabi saw. Menaruh Perhatian Khusus pada Kelahiran Para Nabi Dalil Kesembilan, Nabi saw. dalam hadisnya memberikan perhatian khusus pada hari dan tempat kelahiran nabi-nabi terdahulu. Sehubungan dengan keistimewaan Jumat sebagai hari besar, Nabi saw. mengatakan, “Pada hari tersebut (yaitu Jumat), Allah swt menciptakan Adam as.” Dengan demikian, hari Jumat diberi penekanan karena Allah swt menciptakan Adam as pada hari tersebut. Hari tersebut diberi perhatian khusus karena hari tersebut menyaksikan penciptaan seorang nabi dan bapak semua umat manusia. Bagaimana halnya dengan hari ketika seorang nabi teragung dan manusia terbaik diciptakan? Nabi saw. bersabda: “Sungguh Allah swt telah menciptakanku sebagai Penutup para Nabi (khatam al-nabiyyîn) sementara Adam as di antara air dan tanah.”16 Mengapa al-Bukhârî Memberi Perhatian Khusus pada Kematian di Hari Senin Imam al-Qasthallânî, dalam komentarnya atas al-Bukhârî, mengatakan: Dalam bagian “al-Jana’aiz (Jenazah)”, al- Bukhârî menamai satu bab utuh “Mati pada Hari Senin”. Di dalamnya ada sebuah hadis dari ‘Â’isyah as yang meriwayatkan pertanyaan dari ayahnya (Abû Bakr al-Shiddîq ra), “Pada hari apakah Nabi saw. wafat?” Ia menjawab: “Hari Senin.” Beliau bertanya: “Hari apa sekarang?” Ia menjawab: “Ayah, sekarang hari Senin.” Abû Bakr ra pun kemudian mengangkat tangannya dan berkata: “Ya Allah swt aku memohon kepadamu biarkanlah aku meninggal pada hari Senin agar bersamaan dengan hari wafatnya Nabi saw.” Imam al-Qasthallânî melanjutkan: Mengapa Abû Bakr ra memohon agar kematiannya terjadi pada hari Senin? Karena dengan begitu, kematiannya akan bersamaan hari dengan hari wafatnya Nabi saw., maksudnya untuk mendapatkan barakah dari hari tersebut … Apakah ada orang yang akan mencela permohonan Abû Bakr ra untuk meninggal pada hari tersebut untuk mendapatkan barakah? Pada masa sekarang, mengapa ada orang-orang yang mencela kegiatan merayakan dan memberi perhatian khusus pada hari kelahiran Nabi saw. dengan maksud memperoleh keberkahan? Nabi saw. Memberi Perhatian pada Tempat Kelahiran Para Nabi Sebuah hadis yang dianggap sahih oleh Hafiz al-Haytsamî menyatakan bahwa, pada malam Isra Mikraj, Nabi saw. disuruh oleh Jibril as untuk salat dua rakaat di Bayt Lahm (Bethlehem). Jibril as bertanya kepadanya, “Tahukah engkau di manakah engkau melakukan salat?” Ketika Nabi saw. bertanya kepadanya “Di mana?” Ia memberi tahu beliau, “Engkau salat di tempat Isa dilahirkan.”17

10. Ijmak Ulama tentang Peringatan Maulid Nabi saw. Dalil Kesepuluh, memperingati hari kelahiran Nabi saw. merupakan suatu tindakan yang telah dan masih disepakati oleh para ulama di dunia Islam. Untuk alasan inilah, hari tersebut dijadikan sebagai hari libur di semua negara muslim. Allah swt tentu meridainya karena selaras dengan perkataan Ibn Mas‘ûd, “Apa saja yang dipandang baik oleh mayoritas muslimin, itu baik di sisi Allah swt; dan apa saja yang dipandang buruk oleh mayoritas muslimin, itu buruk di sisi Allah swt.”18 Dikutip dari: Buku Maulid dan Ziarah ke Makam Nabi saw Oleh Mawlana Syekh Hisyam Kabbani qs Penerbit: Serambi http://agus-mustofa.blogspot.com/200...ammad-saw.html Tambahan dari ane : kacau nya wahabi, diawali dari salah kaprah nya mereka dalam menyatakan bahwa dirinya yang benar dan menyalahkan yang lain, khususnya imam syafi'i akan fatwa nya bahwa dibagi 2 nya bid'ah, yaitu bid'ah hasanah dan bid'ah dholalah. tidak ada keraguan bagi orang orang yang tau dan paham akan madzhab ahlussunnah wal jamaah akan hal ini. mudah mudahan kita semua diberi petunjuk. Allahumma sholli wa salim 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala aalihi wa shohbihi ajma'iin.

Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win