Search Al Quran Here / Cari Al Quran di sini

http://www.quranexplorer.com/quran/

Search This Blog

AlQuran

AlQuran
Tafsir Per Kata

Monday, March 7, 2016

Mengambil Hikmah dari Hati Mursyid dan 12 Sifat yang Harus dimiliki Oleh Seorang Mursyid

Mengambil Hikmah dari Hati Mursyid dan 12 Sifat yang Harus dimiliki Oleh Seorang Mursyid

Mengambil Hikmah dari Hati Mursyid dan 12 Sifat yang Harus dimiliki Oleh Seorang Mursyid
Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani (qs)
Sabtu, 6 September 2008; Setelah Sholat Tahajjud dan al-Fajr
Zawiyah Michigan - Amerika Serikat

A'udzu billahi min asy-Syaithaan ir-rajim
Bismillahir-Rahmanir-Rahim
Nawaytu'l-arba'in, nawaytu'l-'itikaaf, nawaytu'l-khalwah,
nawaytu'l-riyaada, nawaytu's-suluuk, nawaytu'l-'uzlah lillahi ta'ala
fii hadzal-masjid

Nah, [pada sohbet saya sebelumnya] dibahas bahwa untuk mencapai Maqam al-Irsyad (tingkat seorang pembimbing), seseorang harus mempunyai 12 khislah atau sifat yang berbeda. Dua sifat yang pertama dari Allah SWT; 2 sifat yang kedua dari Rasulullah SAW, 2 sifat yang ketiga dari Sayyidina Abu Bakr as-Siddiq, 2 sifat yang keempat dari Sayyidina 'Umar, 2 sifat yang kelima dari Sayyidina 'Utsman, dan 2 sifat yang keenam dari Sayyidina 'Ali. Jadi, coba kalian pikirkan apa saja 2 sifat itu…, yaitu 2 sifat penting yang telah Allah SWT bukakan ke hati para Awliya-Nya, dari samudra pengetahuan-Nya yang tiada batas. Apakah 2 sifat penting yang Allah SWT sukai itu?

Kita mengucapkannya setiap hari. Allah SWT memiliki banyak sekali Nama-nama Indah (Asmaul Husna) yang merupakan Sifat atau Atribut-atributNya. Namun, ada 2 dari AtributNya yang Allah SWT ingin para hambaNya memilikinya. Yaitu, memiliki sifat selalu menutupi dosa dan kesalahan hamba Allah yang lain. Disebutkan bahwa, "dua sifat yang berasal dari Allah SWT adalah: an yakuuna dhak al-wali ghaffaaran wa sattaaran", maksudnya, seorang Wali Allah yang diwarisi 2 Atribut Allah tersebut, yaitu al-Ghaffar (al-Ghafuur) dan al-Sattar. Wali seperti ini sudah dihiasai Allah SWT dengan 2 Atribut-Nya, yaitu (yang pertama) selalu menutupi dosa dan kesalahan sesama hamba Allah SWT. Itu artinya kalian tidak boleh mengungkap aib orang lain. (Dan) itulah cara Allah SWT. Ketika Allah SWT menutupi hambanya, artinya Dia menutupi agar dosa, kesalahan dan aib para hambanya tidak bisa dilihat lagi, seakan-akan tidak pernah ada.

Awliyaullah senantiasa menutupi kesalahan para muridnya, karena mereka harus melaporkan kalian dalam keadaan bersih kepada Rasulullah SAW setiap 24 jam. Jadi, Awliyaullah harus menyingkirkan seluruh kesalahan dari kalian. Nah, ketika Awliyaullah sudah dihiasi dengan manifestasi atau penjelmaaan (tajalli) dari as-Sattar, mereka akan menutupi aib para muridnya. Kemudian dengan penjelmaan dari al-Ghafuur (al-Ghaffar), mereka menyingkirkan aib dan kesalahan itu seakan-akan tidak ada lagi. Jadi, karena Allah SWT adalah al Sattar dan al-Ghaffar, dengan demikian, para mursyid pembimbing pun haruslah bersifat sattar dan ghaffar.

Apakah sattar itu?
(Sekarang ini) ada terlalu banyak wakil Mawlana Syaikh Nazim diseluruh dunia. Apakah mereka mempunyai karakter itu? Apakah Awliyaullah menutupi dan mengampuni murid mereka jika murid menyakiti mereka? Tentu saja para Syaikh punyai kekuatan itu, namun apakah para wakil juga punya? Bila para wakil disakiti oleh murid lainnya, mereka langsung marah. Mereka tidak bisa mengendalikan kesabaran. Kalian tidak bisa duduk di singgasana as-Sattar sampai bisa mengendalikan kesabaran kalian.

Apakah arti dari as-Sattar? Sejak awal -pada hari kalian mengambil bay'at- sampai Hari Kebangkitan nanti seorang Syaikh harus menjamin bahwa kalian bersih hingga kalian bisa selamat tiba di Surga.… Sayyidina Muhammad SAW tidak pernah menyebar luaskan aib atau kesalahan umatnya. Segera setelah beliau bersujud, Allah SWT menginspirasikan do'a yang tidak pernah diberikan kepada siapapun, dan Allah SWT berkata kepada Rasulullah SAW, "Sa'l tu'tah" – "Mintalah, niscaya Aku kabulkan". Rasulullah SAW pun memohon, "Umatku, umatku!" Jangan berpikir kalau kita ini diciptakan untuk lalu ditinggalkan. Tidak begitu. Kita sudah terhubung dengan Sayyidina Muhammad SAW dan dengan para Awliyaullah.

Kalian patut berbahagia. Kalian harus mencuci piring tiap waktu. Kalian harus membuat segalanya bersih tiap waktu, maka Allah SWT akan menjadikan kalian bersih. Jangan berkata, "Kenapa jadi aku?" [Renungkan], apakah yang dilakukan oleh seorang Wali Qutb besar dimasa Sayyidina Ubaydullah al-Ahrar? Dia duduk di luar, di depan pintu, dan apa yang dilakukannya? Membersihkan sepatu. Sedangkan di dalam para ulama duduk bersama sang Syaikh, dia sendiri diluar. Tidak meminta berada di dalam.

Ketika Syaikh Sayyidina Ubaydullah al-Ahrar wafat, para ulama itu berharap kalau Syaikh Abdullah sebelumnya akan berwasiat: "Pengganti atau khalifah saya adalah yang ini, atau yang ini, atau ini". Namun Sayyidina Ubaydullah memilih seorang yang menyemir sepatu. Sepatu
melambangkan kejahilan, karena dimasa lalu sepatu dibuat dari kulit keledai yang melambangkan kebodohan. Dia menyemir sepatu. Bagaimana interpretasinya? (Yaitu) Mengisi kalbu, menghapuskan kebodohan, membersihkan kalian pada tempat kalian duduk. Syaikh Abdullah selaku pembimbing, mengarahkan sang Wali Qutb pembersih sepatu tadi melalui hatinya, membersihkan, mengkilapkan setiap muridnya. Kalian tidak bisa membersihkan berlian hanya dengan diolesi ludah. Kalian harus menyemirnya.

Menyemir sepatu artinya membersihkan hati para murid dan menghapuskan kebodohan mereka. Agar bisa duduk di karpet bimbingan. Sekarang ini, ada saja orang datang, entah dari mana, memakai turban besar dan berjenggot lalu mengatakan "aku mursyid." Benar, kamu mursyid. (Tapi) kamu mursyid dalam soal apa? Mursyid yang sedang mengejar gelar BS-nya. (BS: bachelor of science. Maksud MSH, orang yang mengklaim dirinya mursyid ini sebenarnya hanya mahasiswa, yang masih menyelesaikan skripsi sarjana-muda-nya). Maulana Syaikh Nazim juga bercerita hal yang sama. Itulah irsyad kamu. Mursyid dalam hal apa? Mursyid yang ingin jadi sarjana muda (BS). Karena kalian penuh dengan impian jadi BS (sarjana muda), maka pertama-tama kalian jadi mursyid BS saja dululah. Sebelum kalian duduk jadi Syaikh dan membersihkan orang lain. Apa manfaatnya?".

Sayyidina Abdul Qadir mempunyai murid yang juga mursyid. Murid ini biasa memberikan suhbat dan semua orang mendengarkannya. Namun mursyid itu punya seorang anak laki-laki yang sangat berpendidikan dalam bidang Fiqih (Hukum Islam) dan Syari'ah. Anak itu berkata, "Oh ayahku (saja bisa) memberikan ceramah kepada ribuan orang. Jika aku yang mengajarkannya, mereka bukan saja akan terbuka matanya, tapi mereka akan berdiri dan mendengarkan energi dahsyat yang aku salurkan. Kesombongan.

Nah, pada satu hari sang ayah mengetahui apa yang ada dalam benak anaknya. Namun dia berpura-pura tidak tahu karena mewarisi sifat dari as-Sattar dan al-Ghaffar. Para wali tahu jika anak itu ingin bicara, dan terus bicara sampai Hari Kiamat. Maka biarlah dia bicara. Jadi sang ayah berkata, "Aku sakit hari ini. Banyak orang menunggu ceramahku. Dapatkah kau menggantikanku memberikan ceramah kepada mereka?" Si anak berkata dalam hati, "Oh, hari inilah kesempatanku dan aku akan memberikan ceramah." Dia pun pergi untuk memberikan ceramah. Sepuluh menit berlalu dan seluruh muridpun tertidur malah ada yang mendengkur. Mereka tertidur sangat lelap sehingga tidak bisa mendengar apa-apa. Putera sang murid tadi marah. Dia pun menghadap ayahnya dan berkata, "Oh ayahku! Hari ini terjadi sesuatu yang aneh." Ayahnya menjawab, "Oh anakku, tidak usahlah kamu bercerita. Mereka tidak mendengarkanmu, mereka tidur." Dia berkata, "Oh ayahku, bagaimana ayah tahu?" Ayahnya menjawab: "(Seharusnya), pertama yang harus kamu lakukan adalah membuang kesombongan dari hatimu, dan katakan kepada dirimu 'Akulah yang membutuhkan apa yang akan aku sampaikan,' maka akan sampai ke hati mereka. Itulah yang kamu harus lakukan. Barulah mata murid-murid itu akan terbuka. Jangan menganggap dirimu lebih baik dari mereka. Kau tidak lebih baik dari mereka." Jadi wali -murid- ini membersihkan sepatu. Menyemir sepatu. Jadi ini adalah sebuah "PS" (Polish Shoes). Bukan sebaliknya. Berkurang satu. (Dua kalimat terakhir situasional. Penerjemah/Editor tidak menangkap maksudnya. Ma'af).

Jadi, dia memberikan mereka sebuah PC (Personal Computer). Sebuah PC. Satu hari mereka memasukkan kaki mereka ke dalam PC yang bersih. Apa itu PC? Kalian tidak menyebut komputer (dengan istilah) "PC"? Dia membersihkan sepatu mereka, guna memberi PC bersih sehingga mereka bisa bepergian dengan PC itu. Sepatu-sepatu ini menjadi kendaraan untuk berjalan dalam Gnosticism (Ma'rifatullah). Itulah mengapa para Syaikh menyuruhnya agar saat para murid dating, mereka bisa menavigasi seluruh internet. Artinya membersihkan seluruh kepribadian kalian. Kemudian kalian akan menavigasi hati Syaikh dan kalian bisa menarik pengetahuan berharga dari hatinya. Itulah mengapa para wakil Syaikh yang sesungguhnya tahu bagaimana bernavigasi ke hati sang Syaikh dan mengambil pengetahuan berharga dari Syaikh mereka.

Dini hari tadi kita melaksanakan Sholat an-Najaat. Dan saya tahu bahwa Sahib [Hafiz Sahib, asisten MSH] ada dibelakang saya. Dan diantara Sahib dan Dr. Jamal ada seorang yang tinggi hingga mencapai langit. Untuk yang ini … kalian tidak bisa berkata, "Siapakah orang itu?" Orang itu (wali) bertanggung jawab membersihkan semua orang di sekitar sini. Kalian harus selalu siap. Kalian tidak tahu siapa yang akan datang. Kalian pikir Grandsyaikh mengijinkan orang-orang hadir dalam suatu di majelis mengenakan pakaian bekerja? Mereka harus punya satu stel pakaian yang hanya dikenakan saat menghadiri majelis. Mereka pakai baju tersebut dan saat pulang, mereka menggantungnya dan harus selalu bersih.

Jadi, dia menyemir sepatu mereka. Artinya dia mengobati kebodohan dan memberikan cahaya. Cahaya yang dapat digunakan untuk berjalan dalam kegelapan nafaq, terowongan yang gelap. Jika terowongan itu gelap penuh dengan sifat buruk, maka mereka harus bepergian disana dengan selamat. Jadi, kalian memahami hikmah mengapa Sayyidina Ubaydullah menunjuknya untuk menyemir sepatu. Kalian tahu hikmahnya. Kadang Syaikh kalian menugasi kalian melakukan sesuatu. Segeralah laksanakan; kalian tahu tidak akan sanggup, tetapi tetap kalian coba melakukannya. (Buktikanlah) pasti ada rahasia yang terjadi pada kalian saat kalian melaksanakan perintah Syaikh.

Jadi, 2 sifat yang berasal dari Rasulullah SAW adalah bil-mu'miniina ra'ufun rahim – penyayang dan baik hati kepada sesama orang beriman. Barang siapa mengucap laa ilaha illa-Allah, Rasulullah SAW akan mengapai orang tersebut dengan sifat penyayang yang dikaruniakan Allah SWT kepada beliau. Sehingga, apabila sang Syaikh sudah dihiasai …. Dan itulah mengapa Grandsyaikh berkata kalian harus memiliki 2 dari sifat Rasulullah SAW- yakni bersifat ra'uf (baik hati), sebagaimana Allah SWT uraikan dalam Kitab Suci al Qur'an, dan rahim. Apa itu rahim? [penyayang] penyayang dan baik hati. Pertama kalian harus baik hati, ra'uf. Kemudian setelah kalian menerima kebaikan datang dari orang lain, hiasilah orang lain itu dengan kasih sayang. Nah, jadi para Syaikh mewarisi 2 sifat ini untuk mendandani para pengikutnya.

Kemudian 2 sifat dari Sayyidina Abu Bakr as-Siddiq, yaitu "an yakoonu sadiqan wa mutasaddiqan". Wali itu haruslah siddiq, jujur dalam segala yang diucapkannya, wali harus menyampaikan kebenaran. Mutasaddiqan artinya seseorang yang memberi di jalan Allah SAW, memberi apapun bagi bangsa, maka orang itu disebut mutasaddiq, dia mengeluarkan hartanya dengan dermawan. Kalian harus jujur, selalu memberi dan tidak meminta-minta. Malah, bukan hanya memberi dan tidak meminta saja namun maksudnya disini adalah sadiqan-memberi dengan murah hati. Itulah artinya yang pertama. Artinya yang kedua adalah, wali itu harus mutasadiqan dari pengetahuan yang telah Allah SWT karuniakan kepadanya. Karena pengetahuan itu bukan miliknya, jadi ia juga harus menyebarluaskannya. Jadi, ketika kalian telah dihiasi oleh 2 sifat Rasulullah SAW tadi, kalian beranjak ke 2 sifat Sayyidina Abu Bakr, yang artinya beliau adalah orang yang jujur, sifat yang berasal dari sattaran ghaffaran. Beliau jujur dalam memperoleh sesuatu dan jujur dalam memberikannya kepada siapapun yang ingin bertambah baik, jika kita ingin bertambah baik.

Kemudian (Awliya juga) harus diwarisi 2 sifat dari Sayyidina 'Umar, yakni "an yakoon amaaran wa naha'an". Yaitu memerintahkan hal yang ma'ruf - untuk perbuatan dan amalan yang baik. Beliaulah satu-satunya sahabat yang bertanya kepada Rasulullah SAW, "Apakah kita diatas yang haqq atau yang baatil?" Rasulullah SAW menjawab, "Kita berada di atas yang haqq." Beliaupun bangkit dan melakukan panggilan yang terbaik, yaitu azan. Dan semua orangpun ketakutan, mereka lari. Sayyidina 'Umar tangguh dan kuat. Jadi, jika kalian ingin menjadi amaaran naha'an, pertama kalian harus mengingatkan diri sendiri untuk menjadi baik dan mengamalkan zikrullah. Sebagaimana yang Rasulullah SAW katakan kepada seorang lelaki yang datang menghadap dan berkata, "Terlalu banyak bagiku untuk melakukan Hukum Syari'ah." Rasulullah SAW menjawab, "Basahilah lidahmu dengan zikrullah." Ingatkanlah selalu diri kalian, agar melakukan hal-hal yang baik, seperti sholat dan lain-lain. Dan cegahlah diri kalian dari melakukan apa-apa yang disukai oleh ego. Itulah ayat fa alhamaha fujooraha…

Jadi, hentikanlah apa yang buruk dan lakukanlah apa yang baik.

Kemudian, 2 sifat dari Sayyidina 'Utsman adalah "an takuunu ta'aman li at-ta'ma "- Kalian harus membuka pintu rumah kalian, kalian harus punya Dapur Sup. Kalian harus menyediakan makanan. Kalian harus selalu punya makanan. Kalian tidak bisa berkata "tidak" (menolak) kepada siapapun yang mengetuk rumah anda dan bertanya apakah anda punya sesuatu untuk dimakan. Pintu rumah Sayyidina 'Utsman tidak pernah tertutup bagi siapapun yang datang ingin makan. Dan beliau punya tempat khusus untuk memberikan makanan bagi orang banyak.Dan beliau juga harus memberikan "makanan spiritual" dari apa yang telah Allah SWT bukakan kepadanya. An yakuunu musalliyan wan-naasi niyaam. Beliau bangun untuk sholat malam ketika orang lain sedang tidur. Itu artinya tidak ada satupun orang lain. Tapi ada Yang Satu (Esa). Itu artinya Yang Esa ada namun tidak seorangpun disana. Yang Esa selalu ada disana namun Yang Esa tersebut tidak harus ada disana. Jadi, kalian hanya bersama Tuhan kalian di Hadirat-Nya.

Dan akhirnya, kami telah menjelaskan semua tadi dengan singkat. Apa yang diwariskan pada kalian dari Sayyidina 'Ali adalah "an yakoonu 'aliman shuja'an" agar menjadi ulama pemberani karena Sayyidina 'Ali tidak takut kepada siapapun, tidak pernah berhenti atau melarikan diri, beliau selalu maju ke depan, tidak pernah menengok ke belakang, selalu menghadapi rintangan dan tidak menghindarinya.

Itulah mengapa Rasulullah SAW bersabda, "Ana madinatul ilmi wa 'aliyyun baabuha" Akulah kota pengetahuan dan Ali adalah pintu gerbangnya." Karena Sayyidina 'Ali sangatlah pemberani, Allah SWT membukakan kepadanya pintu pengetahuan. Dengan keberaniannya Sayyidina 'Ali membela Sayyidina Muhammad SAW ketika Rasulullah SAW menghadapi kesulitan-kesulitan besar.

Semoga Allah merahmati dan mengampuni kita, bi hurmatil Fatiha.



Sumber :
milis muhibbun_naqsybandi@yahoogroups.com
posted by Sri Rahayu Handayani

No comments:

Post a Comment